Jangan sering dimarahi apa lagi di main tangan?
Oleh karena itu, anak sering dipukuli dan dimarahi sehingga menimbulkan berbagai masalah fisik dan mental. Situasi ini dapat menyebabkan dia terluka atau terluka, meniru perilaku kekerasan, dan bahkan kematian.
Ketika seorang anak merasa nakal, orang tua terkadang memukulnya agar dia diam. Namun, memukul anak bukanlah solusi. Sebaliknya, anak yang sering dipukul dan dimarahi dapat menimbulkan akibat negatif seperti luka, meniru perilaku kekerasan, bahkan kematian.
Waspadai pengaruh anak yang sering dimarahi dan dipukuli, karena pengaruh tersebut akan bertahan hingga ia besar nanti. Ada cara lain untuk menghukum anak tanpa menggunakan kekerasan. Simak penjelasannya di bawah ini.
Akibatnya, anak sering dipukuli dan dimarahi
Dampak pemukulan dan omelan anak seringkali tidak disadari. Biar lebih mawas diri dan tahu akibat anak sering dipukul dan dimarahi:
1. Luka atau cedera
Akibat anak sering dipukul dan dimarahi bisa membuatnya terluka atau cedera. Terkadang, Anda mungkin tidak menyadari jika kekerasan fisik tersebut dapat melukai anak. Gegar otak bahkan termasuk sebagai bahaya memukul kepala anak.
Selain itu, secara psikologis, anak juga bisa merasa sakit hati dan takut kepada orangtuanya sebagai dampak sering dimarahi dan dipukul.
2. Mengganggu
perkembangan otak dan sistem saraf
Dampak anak sering dimarahi dan dipukul juga dapat mengganggu perkembangan otak dan sistem sarafnya. Akibatnya, kemampuan kognitif anak pun terpengaruh hingga ia memiliki prestasi akademik dan kejuruan yang rendah.
3. Tidak menghargai diri
sendiri
Akibat sering membentak dan memukul anak lainnya adalah mengganggu kesehatan mental anak. Ketika Anda terus menerus memukul dan memaki, anak bisa berpikir bahwa ia orang yang selalu salah dan tak berharga. Sampai anak dewasa, ia bahkan mungkin tidak menghargai dirinya sendiri.
4. Melakukan tindakan
negatif
Akibat sering memukul dan membentak anak dapat memicu anak untuk lebih mungkin melakukan tindakan negatif, seperti putus sekolah, merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, atau seks bebas. Anak juga memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi.
5. Meniru tindakan
kekerasan
Ketika orangtua sering memukul anak, hal tersebut mengajarkan padanya bahwa memukul adalah hal yang wajar dilakukan. Akibatnya, ia tumbuh menjadi anak yang suka menindas orang lain yang lebih lemah darinya. Dampak anak sering dimarahi dan dipukul ini harus diwaspadai.
6. Mendorong anak untuk
memberontak
Alih-alih menasehatinya saat berbuat salah, orangtua yang sering memukul dan memarahi anak justru bisa mendorong ia untuk menjadi anak pemberontak. Sekali atau dua kali anak dapat merasa takut saat dipukul, tetapi setelahnya ia bisa saja lebih berani melanggar perintah Anda dan mengikuti kemauannya.
7. Tidak bisa
mengendalikan emosi
Sering dipukul dan dimarahi bisa membuat anak sulit mengendalikan emosi saat tumbuh dewasa. Kekerasan yang Anda lakukan tersebut akan menanamkan benih amarah dalam dirinya. Selain itu, ia cenderung akan menunjukkan perilaku antisosial.
8. Berisiko kematian
Ingat kasus Arie Hanggara? Ia masih berusia 8 tahun saat tewas karena dianiaya secara berkelanjutan oleh ayahnya. Hukuman dalam bentuk pukulan dan dimarahi kerap dilakukan oleh ayahnya sebelum akhirnya almarhum Arie meninggal secara mengenaskan.
Seperti kasus di atas,
orangtua bisa saja melakukan kekerasan pada anak hingga menghilangkan nyawanya.
Emosi yang tidak terkendali biasanya jadi pemicunya. Maka dari itu, jangan
remehkan risiko ini sebagai akibat anak dipukul terlalu keras, apalagi secara
berlanjut.