Jenis-Jenis Bullying di Sekolah
Bullying atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan
perundungan ini dapat menjadi ancaman serius bagi siswa pada berbagai usia.
Aktivitas perundungan dapat memberikan dampak buruk dan dapat mengubah karakter
baik pada pelaku maupun korban perundungan. Sebelum membahas lebih jauh tentang bullying atau perundungan, mari kenali
lebih jauh apa itu bullying.
Perundungan
adalah sebuah kata benda dalam Bahasa Indonesia. Kata kerja dari perundungan
adalah merundung. Dalam KBBI merundung diartikan sebagai mengganggu; mengusik
terus-menerus; menyusahkan. Dalam KBBI juga dijelaskan makna merundung sebagai
aktivitas yang menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis, dalam
bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik berulang kali dan dari waktu ke
waktu, seperti memanggil nama seseorang dengan julukan yang tidak disukai,
memukul, mendorong, menyebarkan rumor, mengancam, atau merongrong.
Bullying dapat terjadi pada siapa saja. Bahkan kadang kala baik pelaku
maupun korban perundungan tidak menyadari bahwa perlakuan yang diberikan atau
diterima di lingkungan manapun termasuk sekolah merupakan bentuk bullying. Oleh karena itu sangat
penting bagi Guru Pintar untuk dapat mengenali macam macam bullying supaya dapat memberikan
edukasi pada siswa dan juga orang tua. Dengan demikian diharapkan semua pihak
memiliki awareness terhadap hal
ini sehingga potensi terjadinya bullying atau
perundungan dapat ditekan.
Jenis-Jenis Bullying
Secara umum
ada 5 bentuk bullying yang
harus Guru Pintar ketahui. Apa sajakah itu?
1. Verbal Bullying/ Perundungan Verbal
Jenis bullying verbal
sering kali tanpa sadar dilakukan. Banyak pelaku pelaku perundungan verbal ini
berdalih bahwa mereka hanya sedang melontarkan lelucon atau bercanda saja dan
melabeli korban baperan jika merasa tersinggung dengan kalimat atau perkataan
tidak menyenangkan yang mereka ucapkan. Perundungan verbal atau verbal bullying biasanya berupa kalimat
kasar atau ejekan yang ditujukan pada seseorang.
Dampak verbal bullying adalah anak atau siswa
menjadi takut berbicara atau mengemukakan pendapat. Korban perundungan verbal/ verbal bullying memiliki
ketakutan ketika harus tampil di muka umum karena trauma pada tanggapan
atau ucapan buruk yang pernah diterimanya. Meskipun sering diremehkan, ternyata
perundungan verbal memiliki efeknya jangka panjang dan sangat membekas pada
korbannya.
Guru Pintar
harus waspada ketika mendengar siswa berkata kasar, membuat lelucon yang tidak
pantas, sering menertawakan keburukan orang dan membuatnya jadi bahan guyonan.
Hal ini perlu segera diatasi karena dapat menjadi bibit-bibit bullying.
2. Physical Bullying/ Perundungan Fisik
Berbeda jauh dengan
tanda-tanda bullying secara
verbal, bullying fisik dapat
meninggalkan bekas yang mudah terlihat oleh Guru Pintar. Oleh karenanya, dapat
dilakukan penanganannya lebih cepat dan pelaku maupun korban dapat
diidentifikasi dengan segera.
Ciri-ciri anak
yang menjadi pelaku perundungan fisik diantaranya adalah bersifat
emosional/temperamental dan kurang berempati dengan lingkungan sekitarnya.
Sedangkan anak atau siswa yang menjadi korban yang menjadi korban sering
menunjukkan ketakutan berlebih saat harus bertemu dengan pelakunya. Korban juga
biasanya malas pergi ke sekolah, meminta pindah sekolah, atau menangis
ketakutan saat teringat peristiwa bullying yang
dialaminya.
Penindasan
fisik ternyata tidak hanya berupa pukulan atau aksi yang meninggalkan bekas atau
luka pada tubuh korbannya. Bullying fisik juga juga dapat berupa penghadangan
di tengah jalan, menggertak dengan membawa rombongan, atau melempari dengan
benda-benda kecil. Orang tua dan juga guru harus waspada ketika siswa terlihat
‘ringan tangan’ pada temannya atau orang di sekitarnya. Atau jangan sampai
orang tua atau guru memberikan contoh yang membuat siswa menjadi pelaku bullying.
3. Social Bullying/
Perundungan Sosial
Contoh bullying sosial
antara lain pengucilan atau intimidasi tidak langsung yang dilakukan secara
berkelompok terhadap seseorang. Hal ini banyak sekali dicontohkan dalam
film-film remaja untuk membuat mereka menyadari bahaya social bullying. Korban perundungan
sosial (social bullying) biasanya
akan mengalami kesulitan dalam berteman dan sering menyendiri.
Hal ini dapat
terjadi karena korban mungkin pernah melakukan tindakan yang tidak disukai
teman-temannya, memiliki kelebihan yang menonjol sehingga menyebabkan pelaku
merasa iri, atau memang memiliki kesulitan berinteraksi dengan orang lain sejak
kecil. Guru Pintar tidak boleh membiarkan perundungan sosial terjadi sampai
berlarut-larut karena bisa berdampak pada masa dewasa korban. Korban akan
menjadi terbiasa menutup diri dan rentan mengalami depresi.
4. Cyber Bullying/
Perundungan Dunia Maya
Cyber bullying meskipun tergolong baru karena baru
muncul sejak sosial media dan internet marak di kalangan masyarakat, namun
sering sekali terjadi di sekitar kita. Munculnya hater yang
sering kali memberikan komentar-komentar pedas pada laman media sosial
merupakan salah satu contoh dari perundungan dunia maya.
Bentuk-bentuk
lain bullying siber misalnya status atau unggahan gambar bernada negatif yang
ditujukan pada seseorang dan obrolan via aplikasi chat yang mengintimidasi
korban. Jika siswa menunjukkan ekspresi yang sedih atau marah saat membaca atau
melihat komentar-komentar tidak menyenangkan pada gadget mereka, Guru Pintar
harus segera mengambil tindakan. Guru Pintar dapat bekerja sama dengan orang
tua supaya selalu memantau gadget yang dipegang oleh siswa. Harapannya, jika
ada indikasi perundungan di dunia maya akan segera dapat diatasi.
5. Sexual Bullying /
Perundungan Seksual
Sexual harassment atau pelecehan seksual juga dapat dikategorikan
sebagai bullying karena
pelakunya memiliki motif tendensi negatif. Dewasa ini, makin banyak kasus-kasus
pelecehan seksual yang menimpa anak-anak. Guru dan orang tua harus memberikan
pendidikan seks dasar pada anak sesuai dengan usia mereka. Ajarkan pada mereka
untuk dapat menjaga diri, atau mengenali bagian tubuh mana yang boleh disentuh
orang lain, dan juga jangan membiarkan orang asing menyentuh tubuh anak.
Jangan
berpikiran bahwa edukasi seks adalah hal yang tabu. Jika diberikan sesuai
dengan usia dan juga kebutuhan siswa, maka akan sangat berguna untuk menekan
potensi terjadinya sexual bullying di
mana saja.
Beritahukan
pengelompokan jenis bullying dan berikan contohnya pada siswa supaya mereka aware. Mari antisipasi bahaya bullying sejak dini.