Dalam Pola Asuh Permisif itu Baik atau Buruk?
Cara Setiap orang tua memiliki pola asuh
yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan pola otoriter, otoritatif, maupun
permisif. Sebagian orang menganggap pola asuh permisif diterapkan dengan cara
yang “tidak disiplin” untuk mengajarkan kedisiplinan. Namun, nyatanya
tak semua orang setuju akan hal ini.
Pola asuh permisif memiliki sangat
sedikit aturan dan harapan terhadap anak. Sering kali orang tua mencintai dan
mengekspresikan kepedulian terhadap anak-anak mereka, tanpa melihat anak-anak
tersebut sudah cukup mampu unuk melaksanakan tugas tertentu.
Selain itu, anak yang dididik dengan
pola asuh permisif cenderung tidak disiplin karena orang tuanya menghindari
konfrontasi. Daripada menetapkan aturan dan harapan, orang tua tersebut memilih
untuk membiarkan anak-anak mencari tahu sendiri.
Jika diperhatikan, banyak orang tua yang
memiliki gaya pengasuhan ini. Orang tua takut menetapkan batas-batas yang jelas
dan khawatir anak mereka tidak bahagia. Sayangnya, hal ini terkadang bisa
berubah menjadi gaya pengasuhan yang tidak efektif.
Padahal, menurut Parenting Science,
pengasuhan yang baik memang terkadang menuntut Anda untuk membuat anak marah.
Karena rasa kesal yang ada, maka pada kesempatan lain anak tidak akan melakukan
kesalahan yang sama.
Seperti Apa Pola Asuh
Permisif?
Untuk mengetahui lebih dalam tentang
pola asuh permisif ini, berikut ini adalah ciri-ciri yang bisa Anda ketahui
dari pola asuh yang satu ini:
Fokus pada Keinginan Anak Pola asuh ini lahir karena rasa kasih sayang yang berlebih dari orang tua kepada anak. Orang tua nantinya akan selalu mengabulkan keinginan anak, demi melihat anaknya senang. Meski orang tua berada dalam keterbatasan, biasanya mereka akan berusaha keras mewujudkan keinginan anaknya.
Anak adalah Raja Pada pola asuh jenis ini, orang tua akan menganggap
anak sebagai raja yang selalu harus dilayani padahal ia mampu melakukannya
sendiri. Hal ini dilakukan karena orang tua tidak tega melihat anaknya bersusah
payah.
Biasanya, saat anak merasakan emosi
sedih, kecewa atau marah, orang tua langsung mengabulkan keinginan anaknya,
demi melihat tangisannya berhenti. Bagi pelaku pola asuh permisif, anak harus
selalu bahagia, tak boleh sedih sedikit pun.
Komunikasi Tidak Efektif Orang tua mendengarkan pendapat anak, namun
tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan pendapatnya ke anak.
Apalagi, pola asuh ini membuat anak jarang berdiskusi dengan orang tua.
Sehingga, yang berjalan adalah komunikasi searah, dari anak ke orang tua saja.
Tidak Adanya Peraturan Anak diberi kebebasan untuk bertindak sesuka
hati. Karena orang tua tidak memberikan batasan dan aturan kepada anak. Tak
heran, sekali orang tua mencoba memberikan sedikit batasan ke anak, mereka bisa
luluh melihat anaknya yang sedih atau bahkan mengamuk karena dibatasi.
Karena tidak tahu bagaimana cara menolak
keinginan anak dengan tepat, akhirnya seluruh keinginan anak akan dipenuhi oleh
orang tua. Dari sini Anda dapat melihat bahwa kendali anak yang berkuasa, dan
hal ini seharusnya tidak terjadi.
Dampak Pola Asuh
Permisif Berdasarkan ciri khas pola asuh permisif di atas, sebuah penelitian di
Amerika dilakukan oleh Weiss dan Schwartz terhadap remaja di Amerika. Hasilnya
menunjukkan bahwa sikap permisif ternyata bukanlah pendekatan terbaik dari
orang tua.
Pola asuh ini menyebabkan peningkatan
penggunaan alkohol serta tingkat kesalahan di sekolah, dan menurunkan prestasi
akademis anak.
Tak hanya itu, penelitian serupa yang
dilakukan terhadap remaja Inggris berusia 10-11 tahun membuktikan bahwa
terdapat hubungan antara pola asuh permisif dan penggunaan televisi yang
berlebihan. Anak-anak dengan orang tua yang permisif memiliki 5 kali risiko
menonton televisi lebih dari 4 jam dalam sehari.
Melihat fenomena ini, dr. Sara Elise
Wijono MRes dari KlikDokter mengatakan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam
gaya pengasuhan seperti ini cenderung menjadi seseorang yang kurang disiplin,
memiliki kemampuan sosial yang buruk, mementingkan diri sendiri, dan sering
merasa insecure akibat kurangnya bimbingan selama masa pertumbuhannnya.
Menurutnya, untuk mengubah situasi agar
tidak menjadi orang tua permisif, salah satu cara yang bisa diterapkan adalah
dengan menetapkan batasan dalam keluarga. Jadi, ada baiknya Anda menghindari
sikap permisif.
“Terlalu otoriter sesungguhnya tidak
baik, jadi seimbangkan gaya pengasuhan Anda. Berlakukan aturan yang tegas,
namun tetap penuh kasih. Disiplin, namun tetap memperhitungkan anak sebagai
individu yang memiliki pendapat,” tambahnya.
Kini Anda telah
mengetahui seperti apa pengaruh pola asuh permisif terhadap perkembangan anak.
Karena dampaknya tidak terlalu baik bagi pertumbuhan anak, jadi sebaiknya Anda
tidak menerapkannya lagi. Mulailah lebih tegas dalam menetapkan peraturan dan
batasan kepada anak Anda. Sampaikan aturan tersebut kepada anak Anda dengan
cara yang hangat.